Langkah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendukung Pemerintah untuk tidak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, mendapat acungan jempol. Keputusan itu dinilai tepat untuk menjaga daya beli masyarakat.
Pengamat Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, naik turunnya harga BBM sangat erat kaitannya dengan harga minyak dunia.
Ia menuturkan, dalam beberapa bulan, harga minyak dunia cenderung turun, yakni dikisaran harga 70 sampai 80-an dolar Amerika Serikat (AS), setara Rp 1,09 juta per barel.
Sebagai gambaran, dikutip dari CNBC, Rabu (6/3/2024), harga minyak dunia West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak bulan April, turun 59 sen atau 0,75 persen menjadi 78,15 dolar AS (setara Rp 1,22 juta) per barel.
Sementara harga minyak Brent berjangka, turun 76 sen atau 0,92 persen menjadi 82,04 dolar AS (setara Rp 1,28 juta) per barel.
Menurutnya, meskipun OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) dan sekutunya, OPEC+, sepakat untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak mentah sebesar 2,2 juta barel per hari hingga kuartal kedua, namun sejumlah negara-negara lain. Seperti Rusia dan Eropa tetap men-supply minyaknya ke pasar global, sehingga naik turun harga minyak dunia cenderung stabil.
“Masuk akal kalau Pemerintah, tetap menahan harga BBM agar tak naik sampai Juni mendatang. Karena tidak ada alasan untuk menaikkannya. Khususnya, untuk BBM bersubsidi,” ujar Fahmy kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Fahmy menekankan, harga BBM subsidi tetap harus dijaga agar tidak menimbulkan dampak ekonomi, seperti kenaikan inflasi.
Berbeda dengan BBM non subsidi, yang mekanismenya telah diserahkan ke pasar. Artinya, bila harga minyak dunia naik, maka perlu ada penyesuaian harga. Sehingga persaingan harga BBM di pasar domestik pun tetap sehat.
“Nanti setelah Juni, dilihat lagi kondisinya. Yang penting subsidi BBM tidak memberatkan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), tetapi daya beli masyarakat bisa tetap dijaga,” tegasnya.
Terpisah, Menteri BUMN Erick Thohir ikut memastikan, bahwa BBM tidak akan mengalami kenaikan harga dalam waktu dekat.
Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan perekonomian dalam negeri, sekaligus berupaya untuk tidak menambah beban masyarakat. Apalagi, ada kenaikan harga beras dalam beberapa waktu terakhir.
Ditegaskan Erick, Pemerintah tengah fokus untuk menekan harga beras agar kembali stabil, baik di pasar modern maupun ritel.